Longsor Besar Mengancam Kawasan Puncak
CIBINONG, (PR).- Bencana longsor besar mengancam kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Pakar Institut Pertanian Bogor mengkhawatirkan hal itu setelah melihat bencana serupa banyak terjadi akhir-akhir ini dalam skala yang lebih kecil.Ahli Geomorfologi IPB Boedi Tjahjono mengatakan, penyebab longsor adalah ketidakseimbangan permukaan tanah.”Alam punya sistem sendiri untuk mencari keseimbangannya. Kenapa sekarang longsor? Berarti dia (alam) mencari keseimbangan baru karena ada yang mengganggu stabilitasnya,” kata Boedi, Senin 9 April 2018.
Boedi menyatakan, dia telah melihat langsung ke lokasi-lokasi longsor di kawasan Puncak beberapa waktu lalu. Bahkan, dia juga telah mewawancarai sejumlah warga dan petani setempat untuk menambah pengamatannya terhadap kerawanan bencana di sana.Pembangunan yang tidak sesuai dengan kondisi dan kerawanan lingkungan dianggap mengganggu stabilitas tanah perbukitan tersebut. Biasanya, tanah yang rawan longsor berada di permukaan lereng yang curam. Namun, Boedi melihat kejadian longsor di Puncak justru dialami tanah yang tidak terjal
Permukaan tanah seperti itu menurutnya banyak digunakan masyarakat untuk ladang atau lahan perkebunan. Boedi menjelaskan, lahan tersebut rawan longsor karena penebangan pohon-pohon besar mengurangi daya serap dan kerekatan tanah.Kerawanan tanah diperburuk pemotongan lereng untuk pembangunan jalan atau infrastruktur lainnya. Dampak tindakan tersebut, menurutnya, akan terasa dalam jangka waktu panjang. Salah satunya ditandai dengan bencana longsor kecil secara terus menerus di kawasan tersebut.”Gabungan dari (longsor) yang kecil-kecil itu akan menjadi besar nantinya,” kata Boedi. Ia beralasan, ditemukan sejumlah rekahan tanah yang menghubungkan satu lokasi longsor dengan lokasi longsor lain di sekitarnya. Namun, ia belum bisa memastikan kerawanannya sebelum melakukan penelitian lebih lanjut pada rekahan tersebut.Potensi longsor besar sebelumnya disampaikan Peneliti Senior di Pusat Pengkajian dan Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor Ernan Rustiadi.
Kedua pakar tersebut menyarankan upaya pemulihan lingkungan di sana tidak cukup dengan penanaman pohon tapi memerlukan penguatan tanah menggunakan bronjong dan sebagainya.”Kalau dibiarkan, ada potensi luncuran (longsor) yang sangat besar dan bisa jadi banjir bandang,” kata Ernan menegaskan. Menurut pengamatannya, selama Februari 2018 terjadi setidaknya 55 bencana longsor di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor saja.
Ernan menganggap bencana banjir bandang yang merusak jalan di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua pekan lalu juga berkaitan dengan perkiraannya. Ia menjelaskan, kerawanannya dari kumpulan titik longsor di sekitar kali Citamiang sebagai indikasi potensi banjir bandang yang membawa material tanah dalam jumlah besar.Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor mencatat, jumlah bencana longsor di seluruh wilayahnya mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Kejadian tersebut sempat turun pada 2015 sebanyak 101 kejadian dari tahun sebelumnya yang tercatat hingga 150 kejadian.Akan tetapi, jumlah longsor kembali meningkat bahkan lebih banyak dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, yakni 180 kali pada 2016. Celakanya, jumlah tersebut terus meningkat pada 2017 hingga 215 kejadian longsor. Pada awal April 2018, bencana longsor terjadi hingga 77 kali.***