Freeport Masih Belum Boleh Produksi
Diemas Kresna Duta, CNN Indonesia Jumat, 03/10/2014 08:27 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Blokade area pertambangan terbuka Grasberg oleh para pekerja PT Freeport Indonesia sudah dihentikan, kemarin. Meski begitu, Freeport belum diperbolehkan melakukan aktivitas produksi sampai inspektur tambang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan laporan dan rekomendasi ihwal standar operasi yang rencananya akan selesai pekan depan.
“Setelah berdiskusi akhirnya pekerja bersedia membuka blokade sejak kemarin sore. Aktivitas perawatan tambang sendiri sudah dilakukan setelah itu,” ujar Vice President Corporate Communication Freeport Daisy Primayanti, Jumat (3/10).
Daisy mengatakan Freeport masih menunggu rekomendasi dari inspektur tambang untuk bisa memulai aktivitas produksi di area tambang terbuka Grasberg. Untuk itu perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut akan berkoordinasi dengan inspektur tambang Kementerian ESDM guna mempercepat proses investigasi. “Kami terus bekerjasama dengan inspektur tambang untuk menemukan penyebab kecelakaan,” katanya.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM R. Sukhyar telah mengirim empat orang inspektur tambang guna menyelidiki penyebab kecelakaan di area pertambangan terbuka Grasberg. Keempat petugas akan mengeluarkan laporan dan rekomendasi terkait prosedur keselamatan pada Selasa (7/10). Freeport menerbangkan dua dari lima orang korban luka berat akibat kecelakaan yang terjadi Sabtu (27/9) ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan intensif. Sementara tiga orang korban lainnya sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya mulai membaik. Korban tewas kecelakaan yang sementara diduga akibat kelalaian pekerja ini mencapai empat orang.
Sering terjadinya kecelakaan di tambang Freeport membuat ratusan karyawan Freeport melakukan aksi unjuk rasa hingga menutup ruas jalan menuju ke mile 74, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua pada Rabu (2/10). Kantor berita Antara melaporkan unjuk rasa 800 karyawan terjadi sejak pukul 02.15 waktu setempat. Ratusan karyawan tersebut menuntut tanggung jawab manajemen Freeport terhadap sejumlah kecelakaan kerja yang tercatat telah menewaskan 44 orang karyawan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan catatan CNN Indonesia, pada awal September 2014 telah terjadi insiden di area kerja tambang bawah tanah West Muck di kawasan Grasberg Block Cave yang menewaskan satu orang pekerja. Sebelum inspektur tambang Kementerian ESDM menyelesaikan investigasinya, kembali terjadi kecelakan di wilayah Grasberg pukul 07.24 WIT yang mengakibatkan empat orang pekerja tewas dan lima lainnya luka-luka. Kecelekaan itu terjadi akibat tergilasnya mobil operasi berjenis Toyota LV oleh truk pertambangan bertipe haul truck.
Pada 2013, kegiatan pertambangan Freeport telah merenggut 30 nyawa pekerjanya. Kejadian pertama terjadi di tambang bawah tanah Freeport di area Big Gossan (14/5). Saat itu, sebanyak 38 pekerja yang sedang melakukan pelatihan tertimbun akibat runtuhnya atap tambang. Sebanyak 28 orang dinyatakan tewas dan 10 lainnya mengalami luka-luka dan trauma.
Tak lama berselang, kecelakaan kerja kembali terjadi di area tambang Freeport lainnya. Kala itu, seorang supir truk yang tengah melakukan tugas pemeliharaan di area Deep Ore Zone (DOZ) tewas tertimbun lumpur basah. Sedangkan tragedi maut ketiga terjadi di area Loading Point 1E West atau kawasan tambang bawah tanah DOZ yang kembali longsor di Desember 2013. Dimana insiden tersebut menewaskan satu orang pekerja Freeport bernama Fikrizal Utama. Namun, sampai saat ini Pemerintah diketahui belum memberi sanksi tegas kepada Freeport atas lima insiden maut yang terjadi hanya dalam dua tahun.
(gen/sip)