Dinding Rumah Jebol Tertimpa Longsor
TAMBAK – Bencana tanah longsor kembali terjadi di Kabupaten Banyumas. Kali ini terjadi di di Desa Watuagung Kecamatan Tambak, Sabtu (10/11). Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 15.00 itu, menimpa dua rumah warga yakni Ponirin dan Muhajirin. Bahkan salah satu dinding rumah jebol akibat longsoran tersebut. Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun SIK melalui Kapolsek Tambak AKP Embar Yuliono SH menjelaskan, tebing yang berada di area rumah Ponirin dan Muhajirin labil setelah beberapa hari diguyur hujan. Lantaran dinding rumah terbuat dari anyaman bambu, sehingga tidak dapat menahan beban material tanah longsor.
“Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun kerugian ditaksir mencapai Rp 10 juta. Setelah mendapatkan laporan, Polsek Tambak langsung menuju lokasi,” jelas AKP Embar Yuliono SH, Minggu (11/11) Hingga Minggu, sejumlah warga dan anggota Polsek Tambak masih membantu membersihkan material longsor di rumah korban. Pembersihan hanya menggunakan peralatan sederhana. Seperti cangkul dan karung plastik serta alat bantu pemindah barang. Terpisah, Camat Tambak Dwi Irawan Sukma menyatakan, Desa Watuagung merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Tambak yang rawan longsor saat penghujan. Selain itu, Desa Watuagung juga rawan terhadap tanah bergerak.
“Struktur tanah berpasir di area perbukitan di Desa Watuagung menjadikan kondisi labil. Sehingga penanggulangan longsor sulit dilakukan. Oleh karena itu, saat musim penghujan warga diimbau untuk selalu waspada,” imbaunya. Sementara itu di Kecamatan Gumelar seluruh desa terancam bencana tanah longsor. Hal itu diutarakan Camat Gumelar, Roni Hidayat kepada Radarmas, kemarin. “Sebanyak 10 desa di Kecamatan Gumelar ini semuanya rawan longsor,” tandasnya. Menurutnya, rawannya bencana longsor di Gumelar dikarenakan letak geografis Gumelar berada di perbukitan dan tanah yang labil. Untuk mengantisipasi hal tersbeut, pihaknya meminta setiap kepala desa (Kades) untuk memanfaatkan Dana Desa (DD) sebaik mungkin. “Dana desa sudah dialokasikan untuk antisipasi yang skalanya kecil sampai menengah. Tapi apabila membutuhkan dana besar kami usulkan ke BPBD kabupaten dan koordinasi ini selalu dilaksanakan menghadapi musim hujan sekarang ini,” katanya.
Pantauan Radarmas, di Grumbul Tojong warga mulai membangun talud di lereng sekitar 20 meter. Sementara di bawah lereng tersebut terlihat pemukiman penduduk yang cukup padat. “Pembangunan infrastruktur talud langsung dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Banyumas dengan anggaran sekitar Rp 240 juta. Sebelumnya sudah ada dua talud jadi totalnya nantinya ada tiga talud,” ucap Kepala Desa Paningkaban, Sukarmo. Menurutnya, desa yang memiliki 12 grumbul ini semuanya berpotensi longsor. “Semua grumbul di sini berpotensi longsor karena letaknya berada di lereng-lereng bukit,” katanya. Dia melanjutkan, selain talud di grumbul-grumbul lainnya juga sudah dibuatkan bronjong. Bronjong tersebut berada di delapan titik. “Untuk bronjong merupakan kerjasama dengan BPBD dengan biaya sekitar Rp 200 juta,” jelasnya. Tak hanya talud dan bronjong, guna mengantisipasi longsor, pihaknya juga meminta warga untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Selain itu, Babinsa juga disiapkan untuk memantau keadaan desa. “Yang jelas kami siap mengantisipasi jika terjadi bencana. Tapi kami optimis di semua grumbul sudah aman,” tuturnya. (fij/ali/why)