Sebelum Tanah Longsor Terjadi di Samigaluh, Warga Sudah Memiliki Firasat
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO – Rumah Sumaryo (43) di Pedukuhan Menggermalang, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh diterjang tanah longsor, Senin (12/2/2018).Beruntung, meski material longsoran merobohkan ruang samping rumahnya, ia dan keluarganya berhasil selamat dari bencana tersebut.Hidup di kawasan bencana sudah menjadi pilihan bagi sebagian warga Kulonprogo. Ada semacam ikatan batin juga sosial yang dialami warga sehingga memilih untuk bertahan dalam lingkungan tempat tinggalnya itu.Meski demikian, mereka menyadari bahwa potensi bencana yang bisa membahayakan jiwa pun mengintai mereka sewaktu-waktu.
Mawas diri, menyatu dengan alam, bersikap waspada, dan pandai membaca segala pertanda yang muncul adalah langkah pertama yang selalu mereka biasakan.Warga menyadari, dengan cara itulah mereka bisa menyelamatkan diri sendiri dari ancaman bencana Itu pula yang dilakukan Sumaryo. Ia menolak tawaran ayahnya untuk pindah rumah ke sisi lain kampungnya karena sudah merasa nyaman tinggal di rumah tersebut.Namun, rasa nyaman itu tak membuatnya lengah. Ia sudah menyadari adanya gelagat tak bagus dari tebing bangket jalan setinggi 15 meter dan panjang 30 meter di samping rumahnya itu.Alam memberikan pertandanya sendiri kepada dirinya, beberapa jam sebelum longsor terjadi.”Minggu pagi, saya berjalan di atas tebing dan ternyata ada retakan. Saya injak tanahnya ternyata mblesek (ambles) sampai 30 centimeter lalu saya cari tali rafia dan bambu untuk bikin penanda. Dari situ perasaan saya sudah ngga enak dan bakalan ada sesuatu terjadi. Ternyata benar,” kata Sumaryo. Peristiwa itu terjadi setelah hujan deras cukup lama mendera kawasan tersebut sejak Minggu (11/2/2018) sore.Kejadian diawali ambrolnya bangket tebing jalan sisi barat pada Minggu malam sekitar pukul 19.45.Setelah itu, longsor lebih besar terjadi pada Senin dinihari pukul 01.30 dengan bidang lebih lebar. Material longsoran lalu menghantam bagian samping dan belakang rumah Sumaryo hingga ambruk.
Firasat kuat yang dirasakannya membuat Sumaryo merasa perlu mengambil langkah antisipasi.Sejak sebelum longsor pertama terjadi dan hujan deras tak kunjung reda, ia sudah mewanti-wanti istri dan kedua anaknya untuk tidak banyak beraktivitas di ruangan sisi utara.Pun ketika longsor itu akhirnya terjadi, sang istri dimintanya bergegas mengemas baju dan barang penting serta memindahkannya ke sisi selatan. Namun, belum juga selesai membereskan barang, longsor susulan yang lebih besar tiba-tiba terjadi.Bagian dapur dan kamar samping miliknya jebol diterjang material longsor.Berkat firasat yang dirasakannya, keluarganya pun aman dari terjangan tanah tersebut karena sudah berpindah ke sisi selatan. Sumaryo lantas memukul kentongan yang tergantung di teras rumah.Namun, tidak ada tetangga yang datang menolongnya.Talu kentongan seolah tercekat oleh deru suara hujan yang masih lebat mengguyur kala itu.”Akhirnya sekuat tenaga saya teriak panggil saudara yang ada di ujung jalan depan rumah. Keluarga lalu saya ungsikan ke sana,” imbuh Sumaryo
Senin pagi, warga bergotongroyong mengevakuasi barang perabotan dari rumah Sumaryo ke lokasi pengungsian sementara di rumah saudaranya.Sumaryo sendiri belum tahu hingga kapan ia dan keluarganya akan mengungsi.Dirinya berharap ada bantuan dari pemerintah untuk perbaikan rumahnya itu.Selain di Menggermalang, tanah longsor juga muncul di beberapa titik lain di Samigaluh.Material longsor mengenari rumah warga di Keceme dan Plono, desa Gerbosari namun tidak menimbulkan korban jiwa. Sedangkan akses jalan yang tertutup longsor antara lain di Puyang Desa Purwoharjo dan Nyemani Desa Sidoharjo.
Camat Samigaluh, Setiawan mengatakan pihaknya sidah berkoordinasi dengan Badan Penanggukangan Vencana Daerah (BPBD) Kulonprogo, unsur SAR, dan relawan.Prioitas penanganan saat ini adalah menyelamatkan jiwa warga dengan diungsikan agar tidak terancam bahaya longsor susulan yang masih mengintai.”Relokasi atau tidak, nanti kita lihat dulu keadaannya. Kami juga mengupayakan akses jalan yang tertutup bisa dibuka kembali,” kata Setiawan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo mencatat ada 14 titik kejadian bencana tanah longsor di beberapa wilayah akibat hujan deras pada Minggu.Lokasinya terutama di kawasan perbukitan Menoreh yang memang terhitung rawan terjadi tanah longsor.Selain di Samigaluh, longsor juga terjadi di Kalibawang, tepatnya di Pedukuhan Pranggen, Desa Banjaroya yang mengancam rumah warga serta di Banjarasri yang menutup saluran irigasi Kalibawang.Kasi Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kulonprogo, Suhardiyana mengatakan Tim Reaksi Cepat (TRC) diterjunkan ke lapangan untuk pengondisian keadaan dan penanganan awal serta assesment.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan permukiman (DPUPKP) Kulonprogo untuk menutup saluran irigasi Kalibawang.Hal ini dilakukan agar air tidak meluber ke rumah penduduk dan areal persawahan di sekitarnya setelah badan selokan tertutup material longsor.”Penanganan dilakukan ahri ini juga supaya tidak mengganggu kebutuhan air dari lahan pertanian seluas 5.000 hektare di area bawahnya,” kata dia.(TRIBUNJOGJA.COM)